INFORMASI
Resume Kitab KUN SALAFIYYAN ‘ALAL JAADAH
Untuk Hasil Terbaik Gunakan Mozila Firefox
KUWAIT TIME
KALENDER
HIKMAH SALAF
Berkata Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu:"Sesungguhnya Allah Ta'ala melihat hati para hamba-Nya dan Ia mendapatkan hati Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam yang paling baik, maka Ia memilihnya untuk diri-Nya dan Ia mengutusnya dengan risalah-Nya. Kemudian Ia melihat hati para hamba-Nya setelah melihat hati Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam, maka Ia mendapatkan hati para sahabat adalah yang paling baik. Maka Ia menjadikan mereka (para sahabat) sebagai pendamping nabi-Nya untuk menampakkan agama-Nya.Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), maka hal itu baik di sisi Allah, dan apa yang dipandang buruk oleh mereka, maka buruk di sisi Allah" (Dikeluarkan oleh: Ahmad dalam Musnad-nya 1/379; At-Thiyalis dalam Musnad-nya no. 246. Di-HASAN-kan oleh Al-Albani dan di-SHAHIH-kan oleh Al-Haakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi)
BAHTERA ILMU
 Al-‘Utsaimin
 Fatawa Al-Albani
 Imam Al-Ajuri
 Abdul Aziz Al-Bur’i
 MUFTI KSA
 Ar-Rojhi
 Abdl Aziz Ar-Rois
 Al-‘Ubaikan
 Abdullah Salfiq
 Robi’ Al-Madkholi
 Abdl Rozaq Afifi
 Abdus Salam Barjas
 Al-Albani
 Aman Al-Jami
 Ibn Baaz
 Muqbil
 Sholih As-Suhaimin
 Shulthon Al-Ied
 Al-‘Utaibiy
 Yahya Al-Hajuri
 Sholih Fauzan
 Zaid Al-Madkholi
NASEHAT PARA IMAM
ABU HANIFAH
"Apabila shohih suatu hadits, maka itu adalah mazhabku" (Dikeluarkan oleh: Ibn 'Abidin dalam Al-Hasyiyah 1/63).

"Tidak dihalalkan bagi seseorang mengambil pendapat kami apabila mereka tidak mengetahui darimana kami mengambilnya" (Dikeluarkan oleh: Ibn Abdul Bar dalam Al-Intiqo' fii Fadho'il Tsalatsa A'imah Fuqoha', hal: 145; Ibn Qoyyim Al-Juaziyyah dalam I'lam Al-Muwaqi'in 2/309; Ibn 'Abidin dalam Hasyiyah-nya terhadap Al-Bahrul Ro'iq 6/293).

IMAM MALIK
"Sesungguhnya aku ini adalah seorang manusia yang bisa benar dan salah, maka lihatlah pendapatku. Apabila pendapatku menetapi Al-Qur'an dan Sunnah maka ambillah dan apabila tidak menetapi Al-Qur'an dan Sunnah maka tinggalkanlah" (Dikeluarkan oleh: Ibn Abdul Bar dalam Al-Jami' 2/32; Ibn Hazm dalam Ushul Al-Ahkam 6/149; Al-Falaniy, hal: 72).

"Tidak seorangpun - setelah Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam- kecuali dapat diterima dan ditinggalkan pendapatnya kecuali Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam" (Dikeluarkan oleh: Abdul Bar dalam Al-Jami' 2/91; Ibn Hazm dalam Ushul Al-Ahkam 6/135 dan 179).

IMAM ASY-SYAFI’IY
"Apabila kalian dapatkan dalam kitabku sesuatu yang menyelisihi Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, maka aku berpendapat dengan Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan aku mencabut apa yang telah aku ucapkan" (Lihat dalam kitab Ashlu Shifat Sholat Nabi sholallahu 'alaihi wa sallam Minat Takbir Ilat Taslim Ka'anaka Tarohaa, jilid: 1, hal: 29. Syaikh Al-Albani)

"Apabila shohih suatu hadits, maka itu adalah mazhabku" (Dikeluarkan oleh: Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu' 1/63; Asy-Sya'roniy 1/57).

IMAM AHMAD BIN HANBAL
"Janganlah kalian taqlid kepadaku, jangan pula kepada Malik, Syafi'iy, Al-Auza'iy dan Ats-Tsauriy. Kalian ambillah sebagaimana kami mengambil darinya (yakni dari Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, pent)" (Dikeluarkan oleh: Al-Falaniy 113; Ibn Qoyyim Al-Jauziyyah dalam Al-I'lam 2/302). "Pendapat Al-Auza'iy, Malik, Abi Hanifah dan pendapatku adalah sama hanya sekedar pendapat. Dan hujjah yang sebenarnya terdapat dalam atsar (hadits, pent)" (Dikeluarkan oleh: Ibn Abdul Bar dalam Al-Jami' 2/149).
BUKU TAMU

ARCHIVE
   Bagaimana Aku Mencapai Jalan Tauhid (5)
07 February 2008

BAGAIMANA AKU MENCAPAI JALAN TAUHID

Oleh:

Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu Hafizahullah

(Bagian Kelima)



Pelajaran Aneh Dari Seorang Syaikh Shufi

Suatu ketika, saya pergi bersama salah seorang Syaikh untuk mengikuti pelajaran di salah satu masjid. Di sana, orang-orang sudah berkumpul, baik guru-guru maupun para syaikh.
Mereka membaca sebuah buku berjudul Al-Hikam karanan Ibn ‘Ajibah. Pelajaran mereka tentang “Mendidik jiwa menurut orang-orang Shufi”.

Salah seorang diantara mereka membaca kisah aneh dari buku tersebut yang isinya:
• Salah seorang dari golongan shufi masuk kamar mandi untuk mandi. Ketika orang shufi ini keluar dari kamar mandi tersebut, ia mencuri handuk yang khusus dipinjamkan oleh pemilik kamar mandi untuk orang yang mandi di tempat itu. Ujung handuk dibiarkan kelihatan, agar orang-orang memergokinya mencuri, kemudian mereka mengejek dan menghardiknya. Dengan tujuan menghinakan dan mendidik dirinya dengan cara-cara shufi. Dan ternyata, setelah ia keluar dari kamar mandi,pemilik kamar mandi tersebut mengejarnya dan melihat ujung handuk menyembul keluar dari balik pakaiannya, lalu iapun menghardik dan memukulnya. Orang-orang yang mendengarnya, melihat syaikh shufi yang mencuri handuk dari kamar mandi ini, lalu merekapun ikut menghardik, mengejek dan berbagai hal yang dilakukan orang-orang ketika memergoki seorang pencuri. Mereka mendapatkan gambaran yang jelek dari orang shufi ini.
• Seorang laki-laki dari kalangan shufi ingin mendidik dan menghinakan dirinya. Lalu ia memikul sekarang buah-buahan yang disukai anak-anak. Lalu iapun pergi ke pasar dan berkata kepada setiap anak kecil yang lewat:”Ludahi wajahku, saya akan beri buah yang kamu sukai”. Lalu anak kecil itu meludahi wajah syaikh itu dan memberinya buah. Demikianlah ludah anak-anak kecil di jalan mampir ke wajah syaikh shufi ini, karena mereka menginginkan buah tersebut. Dan syaikh inipun semakin senang.
Ketika saya mendengar kedua kisah ini, aku hampir saja marah. Dadaku terasa sempit mendengarkan pendidikan salah yang tidak diajarkan agama Islam yang memuliakan manusia.

Allah Ta’ala berfirman:
{وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً} (70) سورة الإسراء
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isro: 70).

Saya berkata kepada syaikh yang bersamaku setelah keluar dari masjid itu:”Inikah cara orang-orang shufi mendidik diri mereka? Apakah pendidikan itu dengan cara mencuri, yang dalam hukum Islam dikenakan hukum potong tangan? Apakah pendidikan itu dengan melakukan perbuatan hina dan mencela atau melakukan hal-hal yang seharusnya ditinggalkan? Sesungguhnya agama Islam dan akal sehat yang memuliakan manusia melarang perbuatan semacam ini. Inikah hikmah-hikmah yang mereka pelajari dari buku yang mereka namakan dengan Al-Hikam karangan ibn ‘Ajibah itu?”.

Dan salah satu hal yang perlu diingat adalah syaikh yang memimpin pelajaran ini memiliki banyak pengikut dan murid.

Suatu ketika syaikh ini mengumumkan bahwa ia akan melaksanakan haji. Kemudian murid-muridnya datang untuk mencatat dan mendaftarkan nama-nama mereka untuk menemaninya melaksanakan haji. Bahkan kaum wanitapun banyak yang mendaftarkan diri dan mungkin diantara mereka yang terpaksa menjual perhiasannya untuk itu. Sehingga orang-orang yang berkeinginan melaksanakan haji semakin bertambah. Uang yang ia kumpulkan juga semakin banyak. Kemudian pada akhirnya ia mengumumkan bahwa ia urung melaksanakan haji, tetapi syaikh itu tidak mengembalikan uang yang terkumpul itu kepada pemiliknya, tetapi justru ia makan sendiri dengan cara yang haram.

Sungguh benar firman Allah Azza wa Jalla:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّ كَثِيرًا مِّنَ الأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ} (34) سورة التوبة

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah…” (QS. At-Tubah: 34).

Saya mendengar dari salah seorang pengikutnya yang tergolong kaya dan banyak bergaul dengan syaikh itu, mengatakan bahwa syaikh itu adalah seorang dajjal dan penipu besar.

Dzikir Ala Shufi Di Masjid

Suatu ketika, saya menghadiri halaqoh dzikir yang diadakan oleh kalangan shufi di masjid daerah yang saya tinggali. Lalu salah seorang diantara mereka yang memiliki suara yang indah maju ke depan untuk menyenandungkan bait-bait qosidah dan lagu-lagu di tengah halaqoh dimana orang-orang kampung berkumpul di saat dzikir berlangsung.
Dan diantara syair yang saya ingat dari orang shufi ini adalah ungkapan:
يا رجال الغيب ساعدونا أنقذونا
Wahai orang yang ghaib, tolonglah kami, bantulah kami

Dan berbagai ungkapan itstighotsa (meminta pertolongan) lainnya. Padahal memohon pertolongan kepada orang-orang yang sudah meninggal dan tidak dapat mendengar adalah suatu bentuk kekafiran kepada Allah Azza wa Jalla. Walaupun mereka mendengar, tetapi mereka tidak dapat memenuhi permintaan. Bahkan mereka tidak dapat memberi manfaat bagi dirinya sendiri apalagi bagi orang lain.

Al-Qur’an telah memberikan isyarat akan hal itu dalam firman Allah Azza wa Jalla:

{... وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ.إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ } (13-14) سورة فاطر

“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui” (QS. Faathir: 13-14).

Setelah keluar dari majelis dzikir itu, saya berkata kepada syaikh imam masjid yang juga ikut dalam dzikir itu:”Sesungguhnya dzikir ini tidak pantas dinamakan dzikir, karena saya tidak mendengar nama Allah disebutkan. Dan juga tidak ada permohonan ataupun do’a kepada Allah. Saya hanya mendengar panggilan dan permohonan kepada orang ghoib. Siapakah orang ghoib yang dapat menolong, menyelamatkan dan membantu kita itu?”
Syaikh itu hanya diam membisu.
Bantahan paling jelas untuk mereka adalah firman Allah Azza wa Jalla berikut

{وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَكُمْ ولا أَنفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ} (197) سورة الأعراف

“Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri” (QS. Al-A’rof: 197).

Suatu ketika, saya pergi ke masjid lain yang memiliki jumlah jama’ah yang lebih banyak. Di masjid itu terdapat seorang syaikh shufi yang memiliki banyak pengikut. Setelah sholat, mereka melakukan dzikir. Mereka mulai saling menjauh, menari-nari dalam berdzikir dan berteriak menyebut nama (الله, آه, هي...) Kemudian orang yang menyanyi itu mendekati syaikh yang mulai menari dihadapannya dan mengerak-gerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan bagaikan seorang biduan atau penari. Ia memuji syaikh itu, sementara sang syaikh hanya melihat kepadanya dengan senyum, penuh kerelaan…!!!

Pergaulan Orang Shufi Dengan Orang Lain

Saya memnbeli toko dari salah seorang murid syaikh shufi, tapi dengan syarat, ia harus menjamin orang yang menyewanya sekarang ini, bila terlambat membayar ongkos sewanya, dan iapun setuju dengan syarat ini. Setelah beberapa hari kemudian, orang yang menyewa itu menolak membayar. Lalu saya complain ke pemilik pertama dimana saya membeli. Tetapi pemilik itu menolak membayar, dengan alasan tidak punya uang yang bisa dibayarkan. Beberapa hari kemudian, sang shufi ini, bersama dengan syaikhnya, berangkat melaksanakan haji. Saya kaget dengan kejadian itu, karena ia telah membohongiku. Lalu saya menyampaikan kepada murid-murid terdekat lainnya, perihal penipuan yang dilakukan oleh temannya itu dengan menjual toko kepadaku sementara orang yang menyewanya ketika saya membeli toko itu menolak membayar ongkos sewanya.

Akan tetapi, diapun tidak dapat melakukan apa-apa. Dia hanya dapat berkata:”Apa yang dapat kami lakukan kepadanya?”. Padahal seandainya ia jujur, tentu ia akan memanggil orang itu dan memintanya mengembalikan hak orang lain.

Saya beberapa kali pergi ke pemilik pertama yang memberi tanggungan (orang shufi itu). Ia memiliki usahan menjahit. Dan ketika salah seorang murid syaikh yang pernah menyanyi dan menari di hadapannya melihatku. Ia langsung tahu bahwa saya datang mencari temannya itu. Disamping menyampaikan ulah temannya, saya juga memintanya agar menunjukkan kepadaku dimana temannya berada. Tetapi alih-alih ia membantuku dan jujur kepadaku, ia malah menghina dan menghujaniku dengan kata-kata kotor dan keji. Sayapun meninggalkannya dan hanya dapat bergumam dalam hati:”Inilah akhlak orang shufi, sementara Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingati kita dalam sabdanya:

أربع من كان فيه كان منافقا خالصا, ومن كانت فيه خصلة منهن كانت فيه خصلة من النفاق حتى يدعها: إذا حدث كذب, وإذا وعد أخلف, وإذا عاهد غدر, وإذا خاصم فجر (رواه البخاري؛ مسلم )

“Ada empat sifat yang barangsiapa memilikinya maka ia murni termasuk orang munafik dan barangsiapa yang memiliki salah satu sifat itu, maka ia telah memiliki salah satu sifat orang munafik hingga ia meninggalkannya; Apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia mengingkarinya, apabila membuat perjanjian ia menghianati perjanjian itu dan apabila bersengketa ia berbuat dosa” (HR. Bukhori; Muslim).

Sumber:
كيف اهتديت إلى التوحيد

www.abdurrahman.wordpress.com


Labels: ,

posted by Unknown @ Thursday, February 07, 2008  
0 Comments:
Post a Comment
<< Kembali Ke Menu Utama
 
SEARCHING
WAKTU SHOLAT
KATEGORI
» Adab dan Akhlaq
» Aqidah
» Hadits
» Informasi
» Pakaian Dan Perhiasan
» Nasehat
» Siroh
» Thoharoh
» Wala’ Dan Baro’
ARTIKEL LAMPAU
  Bagaimana Aku Mencapai Jalan Tauhid (4)
  Hukum Memakai Cincin Pernikahan/Tunangan
  Menhidupkan Sunnah, Kenikmatan Tiada Tara
  Kasih Sayang Islam Kepada Kaum Wanita
  Bagaimana Aku Mencapai Jalan Tauhid (3)
  Tanggapan Ulama Terhadap Peringatan Hari Raya Non ...
  E-Book Ad-Durar
  Membongkar Kesesatan Doraemon Cs
  Saudaraku, Koreksilah Pergaulanmu
  Bagaimana Aku Mencapai Jalan Tauhid (2)
LINKS
 Akhwat Salafiyyah
 Mar’ah Salafiyyah
 Muslimah Salafiyyah
 Salafiyyah Sahab
OTHER WEBSITE

Forum Ahl Al- Sonnah Wa Al-Jama’ah According To Salaf Al-Sholeh
KAJIAN AUDIO ONLINE

STATISTIC


hit counter
Visitors Online
ADMIN

© Romadlon 1428-Oktober 2007:::Muslimah Salafiyah::: By: Abdurrahman Sarijan Powered: Blogger.com